Tulisan Mbeling : Gombalmukelo, Kembalikan Gombal Kepada Gombal
Tulisan ini murni sebuah apologi pribadi saya, yang bukan siapa-siapa di dunia kata-kata ini. Dan murni tulisan suka-suka, tulisan mbeling, yang saya mulai di akhir tahun 2011. Sementara sejak 21 Maret 2012 saya mulai menggombal, yang sampai tanggal 10 Mei 2012 baru mencapai 500 gombal.
Gombal-menggombal, menurut saya, bukan akibat boomingnya acara OVJ dengan juru gombalnya si Andre Taulani, yang kemudian disusul acara-acara televisi lainnya hingga menjadi satu acara bernama “Raja Gombal”. Melainkan, dalam kehidupan sehari-hari, gombal-menggombal sudah tidak bisa dihitung lagi banyak atau seringnya.
Janji akan begini-begitu, dan menjanjikan ini-itu, adalah satu hal yang amat sangat sering terjadi, baik melakukan (sebagai subyek) maupun sekadar korban janji (obyek penderita sampai obyek pelengkap penderita). Semuanya bermuara kepada kesenangan atau kenikmatan dambaan semua orang. Soal bukti alias realisasi, tidak perlu dipusingkan.
Gombal sama artinya dengan pepesan kosong dan kucing dalam karung. Jumlah pelaku gombal dan korban gombal memang belum pernah dikaji secara ilmiah. Belum juga ada lembaga survey yang melakukan penelitian mengenai gombal ini. Apakah karena tidak menarik, tidak ilmiah, tidak keren, ataukah memang merupakan sesama anggota penggombal.
Dalam segi kehidupan sebagian agama, penggombal yang pertama adalah setan atau iblis. Penggombal yang kedua adalah Hawa. Bahkan, ada sebagian orang menganggap bahwa para nabi bahkan Tuhan pun menggombal! Kalau sudah masuk ranah Tuhan, ini jelas sudah bahaya bagi kalangan pecinta Tuhan, meski tidak sedikit pecinta Tuhan pun menjual gombal ke mana-mana, termasuk menggombal (berjanji) kepada Tuhan.
Dalam segi kehidupan sebagian keluarga, penggombal yang pertama adalah suami-istri. Berikutnya, antara orangtua dan anak. Gombal-menggombal terjadi begitu saja, dan seolah merupakan tradisi yang diwariskan turun-temurun. Dari orangtua yang memulai suatu tradisi gombal, semisal menjanjikan sesuatu kepada anak hanya demi si anak tidak merengek, merajuk atau kecewa lantas malas makan, belajar, dan lain-lain, lantas anak pun mulai menggombali orangtuanya.
Di dalam rumah pun telah tersusupi oleh penggombal dari luar. Media massa, media komunikasi, dan para tamu. Media massa selalu membanjiri rumah-rumah dengan gombal, baik melalui iklan maupun janji-janji orang di dalam media. Media komunikasi, misalnya ponsel dan internet, merupakan saluran gombal yang juga efektif dan akurat! Para tamu pun datang dengan bekal gombal. Tuan rumah bisa memakan gombal hingga mengalami kerugian, baik secara material maupun mental.
Di luar rumah atau dalam segi kehidupan sebagian sosial, bataliyon penggombal tak terhitung jumlahnya. Entah dalam lingkungan sekitar rumah, sekolah, tempat kerja, komunitas, partai politik, pemerintah, dan lain sebagainya. Kalau di dalam rumah saja sudah dibanjiri gombal, apalagi di luar rumah!
Gombal-gombal bertaburan seperti bintang di langit dan pasir di pantai. Gombal tidak pernah berhenti. Saban hari gombal terlahir di mana-mana, terkadang tanpa ada yang mengakui sebagai ‘ibu’-nya! Gombal dalam seni begitu. Lagu, puisi, pantun, dan lain-lain seringkali hanyalah sebuah gombal. Gombal dalam dunia kerja, iming-iming bos, janji-janji rekanan, dan lain-lain. Gombal dalam dunia sosial-politik berupa janji-janji, terlebih menjelang kampanye. Dan lain-lain, dan seterusnya. Apakah sejatinya kehidupan ini hanyalah gombal?
Saya mengakui bahwa saya hidup di lautan bahkan samudera gombal. Dan, dengan tidak mengurangi penghargaan terhadap diri saya sendiri, saya mengakui bahwa saya juga seorang penggombal yang murni dan konsekuen! Saya adalah seorang penggombal sejati, meski sebenarnya pengakuan yang jujur ini sangat menikam hati sanubari saya sendiri.
Salah satu bukti bahwa saya adalah seorang penggombal, adalah melalui status-status saya di jejaring sosial bernama fesbuk (Facebook). Saya jujur pada para teman-teman di fesbuk bahwa saya seorang penggombal. Dan dengan penuh keinginan untuk menggombali diri saya sendiri, saya ingin sebagian gombalmukelo itu menjadi sebuah buku bahkan semacam kitab.
Dengan hasrat menggombali diri saya sendiri dalam angan berupa sebuah buku, saya menjadi bersemangat untuk menuliskan gombalmukelo dalam status-status fesbuk saya. Sisi lainnya, saya menghindari diri saya dari jebakan “mengeluh” yang bisa terjerumus dalam kategori “melenguh” melalui status-status di akun fesbuk saya. Saya ingin menyemangati dan menghibur diri saya sendiri atas segala keluhan se-Indonesia raya yang saya baca dari status para pertemanan fesbuk saya bahkan dari keluhan seorang presiden Republik Indonesia.
Kehidupan dan menghidupi kehidupan ini tidaklah ringan. Tidak ada kehidupan di dunia ini yang bebas dari masalah. Siapa pun pasti memiliki masalah, dan menjadi beban tersendiri. Saya juga bermasalah, baik sebagai pembuat masalah maupun korban atas masalah. Konyol, memang. Pelaku sekaligus korban! Ataukah mungkin, sejatinya kehidupan ini memiliki pisau bermata dua, dimana satu matanya mengarah pada diri sendiri?
Ya, saya harus bisa menghibur diri saya sendiri dengan apa yang bisa saya lakukan. Saya menikmati semua gombal yang saya buat untuk menyenangkan diri sendiri dari situasi apa pun dari dalam ataupun luar diri saya. Ada orang yang berani membuang uangnya demi sebuah hiburan untuk menghibur diri. Ada juga orang yang membisniskan hiburan untuk, ujung-ujungnya, menghibur diri melalui keuntungan (profit) yang diterima melalui bisnisnya. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan atas penghiburan sudah termasuk dalam daftar kebutuhan primer manusia!
Yang semakin membuat saya terhibur atas kemanjuran khasiat gombal untuk diri saya sendiri dengan judul “Gombalmukelo”, ternyata sejak 21 Maret sampai 10 Mei 2012 saya sudah menghasilkan 500 gombalmukelo, walaupun hanya sebagian yang bermutu (Gombal bermutu? Kategori apa ini? Apa standar/kriterianya?).
Saya pun terheran-heran pada diri saya sendiri. Begitu setianya saya menggombal; begitu tekunnya saya menggombal; begitu konsistennya saya menggombal; begitu asyiknya saya menggombal, bisa menjadi 500 gombal! Hal ini tidak pernah terjadi ketika saya mencoba menulis puisi, esai, cerpen, dan pantun. Juga dalam membuat kartun, karikatur, desain arsitektur, desain kaos oblong, dan lain-lain, yang juga pernah saya tekuni dengan serius dan ‘berdarah-darah’.
Maka demikianlah apologi atau pledoi saya atas status-status atau tulisan gombalmukelo yang saya sengaja buat dengan sejujur-jujurnya. Gombalmukelo sejatinya adalah gombal belaka. Tidak ada niat untuk menggombali seseorang atau sebagian teman dalam daftar pertemanan saya. Saya bukan siapa-siapa yang pantas untuk menggombali teman-teman fesbuk saya. Tokoh “Adik” yang saya ciptakan merupakan “tokoh imajiner” untuk menghidupkan dan menyemangati saya dalam menggombal.
***
11 Mei 2012, Gunung Pasir, Handil, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Refleksi sekaligus refreshing dari garis-garis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar